Cari Blog Ini

Kamis, 01 November 2018

Euforia


Musik dansa mengalun ramah dari rumah bercorak Belanda di seberang sana
Dari balik tirai abu fana, kerumunan tamu saling merangkul peluk dengan kekasih
Aku terduduk di bawah pohon mahoni; menyusun siasat membunuh waktu
Ah bus nomor 3A memang selalu terlambat
Belum lama fantasiku berkejaran, sorot lampu mobil VW butut memergoki senyumku
Aku buyar;
dan si butut itu pergi begitu saja tanpa urgensi apa-apa
Benar saja, hampir senewen aku dibuatnya

Padahal aku tengah asyik merindunya; saat kita berbagi noda di halaman belakang rumah
Aku si payah yang melanggar sendiri ketaatan pada nazarnya
Jikalau aku seorang religius, mungkin orang memanggilku terkutuk si pelanggar kaul kekal
Pun jika rindu adalah ilmu, mungkin kini aku seorang cendekia; aku penuh
Ampuni aku yang merindumu
Ampuni aku yang meneladan dan memuja kemayu mu

Rinduku ini terbuat dari ranum senyummu yang tergesa-gesa ku petik sore itu
Padahal, mungkin saja senyummu itu sekadar etika; tidak lebih dan tidak kurang
Tenang saja, aku tetap orang itu
Meski hatiku kalang kacau
Meski sedari mula aku menyadari bahwa aku dan kamu sangatlah rancu
Tolong abaikan saja euforiaku ini



Another Post You May Interest

Your Hardliner

going to a grocery market wanna buy you a bouquet of bliss to celebrate us for not any order then the servant just tell me an anec...

What's Popular?