Cari Blog Ini

Kamis, 20 September 2018

Balada Sakit Hati

     
       Aku selalu takut untuk mencintai sepenuh hati karena pada saat itu pula, aku menyepakati konsekuensi untuk tersakiti. Sakit yang melebihi rasa sakit. Ya, teramat sakit ketika ia pergi meski tak jauh dan meski hanya sambilalu. Maka dari itu ku putuskan, aku sebagai perempuan tegar dengan gaya cuek ini untuk selalu bersikap sok cool. Pokoknya anti sakit hati! Aku begini karena aku tidak pernah berani untuk mencintai sepenuh hati. Aku memang terlalu pecundang dan oleh karenanya aku tidak pernah menikmati setiap hubungan percintaan yang ku jalani. Tetapi kalaupun boleh, aku ingin menyampaikan sedikit pembelaan. Iya donk, aku begini karena hatiku memang belum menemukan orang yang tepat untuk dicintai sepenuh hati; oleh orang dengan hati yang begitu sensitif perihal cinta ini.
     Aku heran pada keteguhan hati tiap kekasih para angkatan, baik udara, laut, maupun darat yang kerap ditinggal kekasihnya bertolak. Pikiranku janggal memikirkan bagaimana bisa mereka membina hubungan bila hanya untuk merasakan perpisahan. Coba kau pikirkan, bagaimana bisa seorang istri bertahan dan berkecukupan dalam hubungan model begitu. Memang sudah kewajiban bagi angkatan untuk menunaikan tugasnya di medan perang dan meninggalkan kekasihnya sebagai akibat yang tak disengaja dari tugasnya. Hidup memang perkara sebab akibat.
    Aku sadar bahwa setiap insan akan selalu merasakan kehilangan, dirundung kesepian dan kemalangan hanya karena tidak bersama dengan orang terdekatnya dalam suatu waktu tertentu dan oleh karena suatu alasan. Dan kita selalu dihadapkan pada pilihan antara meninggalkan atau ditinggalkan. Tetapi, tidakkah wajar apabila kita menyebutnya sebagai kurang ajar pada seorang yang telah membuat kita jatuh hati begitu jatuh, dan dengan santainya pergi dengan alasan bertugas? Sekali lagi, tidakkah? Lalu bagaimana dengan hati orang yang ditinggalkan. Aku meyakini bahwa per satuan kenangan yang terputar kembali dalam otaknya akan memunculkan satu goresan baru di hati yang ditinggalkan itu.
     Ketika dua orang atau lebih terbiasa hidup bersama, maka mereka akan saling tergantung. Begitu pula perasaan seorang kekasih yang ditinggalkan itu, pertemuan menjadi sebuah kebutuhan dan bersentuhan dapat menimbulkan kepuasan jasmani tersendiri. Dan apabila jika mereka berpisah, aku berani bertaruh bahwa mereka tidak akan sejahtera hatinya karena ada hati yang tidak terpuaskan. Tolong, dapatkah para pengembara itu mengerti? Aku bukan tidak ingin mereka sukses di negeri seberang dan mengoleh-olehkan kesuksesan itu untuk kekasihnya nanti. Atas nama perempuan yang ditinggalkan, aku hanya terlalu kaget ‘pabila kebutuhanku dirampas secara tiba-tiba.

Nb  : tidak untuk dinyanyikan.

Another Post You May Interest

Your Hardliner

going to a grocery market wanna buy you a bouquet of bliss to celebrate us for not any order then the servant just tell me an anec...

What's Popular?