Cari Blog Ini

Kamis, 27 September 2018

Perihal Kamu

Agaknya menarik juga si jago bual itu
Dia di kejauhan situ
Gayanya memegang puntung rokok nampak begitu maskulin
Bahkan untuk seorang perokok pasif yang benci asap rokok sepertiku mengatakan demikian
Aku terlalu sibuk memuaskan prahara nurani; perihal kamu
Aku haus akan pikatnya
Si pemilik pesona Pangeran Hamlet
Hatiku terlalu dini dan gegabah
Aku mati kutu tertelan sayup-sayup kemilaunya

Ah kamu memang si pemegang kendali
Pada sosokmu aku membelot
Pada perangaimu aku terpantik; dengan karakter yang hanya seorang kamu, ya kamu
Ah bahkan menuliskan-mu pun aku buncah gelagapan
Semua-mu terasa menggugah
Hmm akan ku andaikan dengan siapa lagi ya?
Sosok pangeran idola negeri dongeng mana lagi yang begitu serakahnya ingin ku lekatkan padamu
Kamu: piawai betul membuatku simpatik
Bahkan aku terperanjat mendapatimu se-sastra itu




Sabtu, 22 September 2018

Ketakutan Paling Histeris

Gundah ini memuncak kian tak beradab
Seperti pita seluloid yang rusak
Memoriku terlalu bandel; beraninya memutar terus momen itu
Ahh bahkan mengingatnya terlalu menjengkelkan

Katanya setiap orang pasti punya rasa takut
Sepertinya kini aku mengamini ketakutan terbesarku ini
Perpisahan dan Terlupakan adalah ketakutan paling histeris
Bahkan paling tangis untuk dinegosiasikan pada Tuhan



Kamis, 20 September 2018

Jasa Perantara


Senin lalu aku berkunjung tatap pada sebuah rumah

dindingnya tersusun rapi dari papan kayu

Aku langsung bisa membaca usianya dari ruas-ruas kayu yang tergores

Mataku sedikit tergelitik pada sebuah lubang besarLotengnya ambrol; ku rasa muat untuk persembunyian anak lima tahun

Apakah angin menyapanya sedemikian riang?

Memang udaranya kelampau gigil pagi itu, bulu kudukku saja tak kuasa menahan belaiannya 

 Lubang itu menyuarakan cericit kian lantang  

seolah pasukan tikus di sana belum puas menggelar hajatan semalam suntuk

Aku menaruh curigapada sebuah kuburan baru yang ku lewati beberapa langkah sebelumnya

Taburan mawar sedari tadi mengarak langkahkudan berhenti tepat ketika suara cericit itu memecah lengang

Mungkin Beliau ingin menyampaikan salam perpisahan pada tikus-tikus loteng itumelalui aku

Baiklah Tuan

Sepertinya sang empunya sengaja mewariskan lubang besar itu

Siapa lagi kalau bukan untuk mereka yang berseliweran di gang itu

Kalaupun beliau memilih seorang pengembara seperti aku, dan bukannya warga setempat

Ah kau tahu benar cara menyanjungku Tuan


Sesekali akan ku siulkan salam kehangatan suam-suam kuku


P. S: Jangan tanya apakah ini sejenis puisi. Sebab tak pernah ada yang benar-benar puisi. Sama halnya dengan kamu yang tak pernah benar-benar puas pada satu cara mencinta.

Balada Sakit Hati

     
       Aku selalu takut untuk mencintai sepenuh hati karena pada saat itu pula, aku menyepakati konsekuensi untuk tersakiti. Sakit yang melebihi rasa sakit. Ya, teramat sakit ketika ia pergi meski tak jauh dan meski hanya sambilalu. Maka dari itu ku putuskan, aku sebagai perempuan tegar dengan gaya cuek ini untuk selalu bersikap sok cool. Pokoknya anti sakit hati! Aku begini karena aku tidak pernah berani untuk mencintai sepenuh hati. Aku memang terlalu pecundang dan oleh karenanya aku tidak pernah menikmati setiap hubungan percintaan yang ku jalani. Tetapi kalaupun boleh, aku ingin menyampaikan sedikit pembelaan. Iya donk, aku begini karena hatiku memang belum menemukan orang yang tepat untuk dicintai sepenuh hati; oleh orang dengan hati yang begitu sensitif perihal cinta ini.
     Aku heran pada keteguhan hati tiap kekasih para angkatan, baik udara, laut, maupun darat yang kerap ditinggal kekasihnya bertolak. Pikiranku janggal memikirkan bagaimana bisa mereka membina hubungan bila hanya untuk merasakan perpisahan. Coba kau pikirkan, bagaimana bisa seorang istri bertahan dan berkecukupan dalam hubungan model begitu. Memang sudah kewajiban bagi angkatan untuk menunaikan tugasnya di medan perang dan meninggalkan kekasihnya sebagai akibat yang tak disengaja dari tugasnya. Hidup memang perkara sebab akibat.
    Aku sadar bahwa setiap insan akan selalu merasakan kehilangan, dirundung kesepian dan kemalangan hanya karena tidak bersama dengan orang terdekatnya dalam suatu waktu tertentu dan oleh karena suatu alasan. Dan kita selalu dihadapkan pada pilihan antara meninggalkan atau ditinggalkan. Tetapi, tidakkah wajar apabila kita menyebutnya sebagai kurang ajar pada seorang yang telah membuat kita jatuh hati begitu jatuh, dan dengan santainya pergi dengan alasan bertugas? Sekali lagi, tidakkah? Lalu bagaimana dengan hati orang yang ditinggalkan. Aku meyakini bahwa per satuan kenangan yang terputar kembali dalam otaknya akan memunculkan satu goresan baru di hati yang ditinggalkan itu.
     Ketika dua orang atau lebih terbiasa hidup bersama, maka mereka akan saling tergantung. Begitu pula perasaan seorang kekasih yang ditinggalkan itu, pertemuan menjadi sebuah kebutuhan dan bersentuhan dapat menimbulkan kepuasan jasmani tersendiri. Dan apabila jika mereka berpisah, aku berani bertaruh bahwa mereka tidak akan sejahtera hatinya karena ada hati yang tidak terpuaskan. Tolong, dapatkah para pengembara itu mengerti? Aku bukan tidak ingin mereka sukses di negeri seberang dan mengoleh-olehkan kesuksesan itu untuk kekasihnya nanti. Atas nama perempuan yang ditinggalkan, aku hanya terlalu kaget ‘pabila kebutuhanku dirampas secara tiba-tiba.

Nb  : tidak untuk dinyanyikan.

Filosofi Luka dari Seorang Gadis

Ada banyak luka di tubuhnya
Gadis itu, seorang tegar berkepercayaan aliran Samawi
Selalu membawa doa dalam setiap goresan lukanya
Ia bersyukur karena setiap lukanya diberkati dengan ratap doa
Artinya, suatu kejadian memang digariskan untuk terjadi

Bahwasannya kita perlu menyadari segala apa di sekeliling kita, kengerian duniawi
Ia akan semakin dikuatkan di setiap goresan luka baru di tubuhnya
Gadis itu mengharu biru menyentuh setiap lukanya
Merendam bekas luka itu pada tampungan air matanya
Menyekanya dengan senyum bahagia, sebahagia saat ciuman pertama

Luka memang selalu meninggalkan bekas dan kenangan
"Bekas adalah yang kasat mata sedangkan kenangan hanya ada di sini", begitu katanya
Tentu saja tidak. Tentu jawabannya tidak selugas itu
Kenangan tidak tinggal di kening yang ia cucuk dengan jari telunjuknya
Itu bersenyawa dalam memoria pikiran kita

Gadis itu berpesan, "Sungguh, bekas yang nampak mungkin tidak sengeri dan setangis saat kenangan itu diciptakan."


Perempuan yang Bekerja

Ada seorang perempuan muda yang tak memahami dunia lelaki
Ia merasa kehilangan kemampuannya berpuisi
karena ia telah dipertemukan dengan penyandingnya
Seorang lelaki yang telah menjawab semua gundah dalam bait-bait puisinya di waktu silam

Perempuan itu mendapati
Pergumulan logika dan nurani yang terus berlangsung dalam setiap hubungan yang berbeda
bahwasannya pergumulan itu akan selalu ada
tanpa peduli siapa kekasih yang bersanding 

Ia mulai memahami dunia lelaki
Ia percaya bahwa ketika dirinya telah masuk dalam dunia itu,
ada kesepakatan lain yang dibayar dengan kepastian dan komitmen
Perempuan itu kini telah menyadari status sekaligus keseriusan itu sendiri

"Kita perempuan, harus selalu bekerja, menilai, dan mendamba sosok yang tepat"

Bawa Aku Kepada Sapardi


Bawa aku kepada Sapardi
agar aku bisa berguru dan membuktikan pada kekasih
bahwa aku ingin mencintainya dengan sederhana
Tetapi pula tak sesederhana ratap kayu kepada api yang memusnahkannya
Aku ingin aku-kamu tetap bersama menikmati secangkir puisi dari Sapardi setiap sore

Semesta yang Berteduh Di Matamu


Dari kelopak matamu

Aku melihat semesta yang bernapas
Kehebatan alam liar seakan memergokiku yang kikuk di hadapanmu

Matamu seolah menjadi titik pusat
bagi segala yang hidup dan tinggal

Di belantara sana yang ku selami
aku menemukan air terjun yang berjatuhan ke dasarnya

Di lengkung matamu
air serba berkecukupan membasahi kekeringan hati manusia

Bulu matamu ditumbuhi akar pohon dan ilalang
Hutan lebat yang mengayomi binatang-Nya

Saat senja tiba mataku berkedip seakan bangun dari daya hipnotismu
Burung-burung yang terbang itu sontak membuatku terkesiap

Mereka pergi berlarian menyambut langit yang berkilauan di wajahmu

Hinggap di Pelukan

Aku bukan petualang jauh yang membaku hantam ombak
Tidak seperti gadis kecil yang merangkai kapal dan melipat jala, seperti yang di-ode-kan Banda Neira
Bukan pula anak lelaki yang berpergian ke parade hitam, seperti yang di-ode-kan My Chemical Romance
Aku bukan penjemput paradise, seperti yang di-ode-kan Coldplay
Aku hanyalah perempuan yang sedang dalam pelukan, seperti yang di-ode-kan Payung Teduh
Aku hanyalah perempuan pencumbu hangat di bawah ketiak Bumi, sang kekasih

Ibu Kota yang Kandung

Anak-anaknya di desa berdatangan
menyambangi daerah kumuh sana
katanya pergi untuk menyusu
mereka butuh gizi dari ibunya
ibu mertua di desa tak cakap membesarkannya

Bagaimana mereka tidak bergantung
ibu kota yang kandung selalu dinanti
di kakinya mereka meng-aduh, merintik air mata
segala megah disuguhkannya
tetapi mereka tetap ingin pulang, memadu sua dengan kekasih

Jingga di Matamu


Melihat jingga di matamu adalah kekaguman paling romantis dari seorang wanita sepertiku
Duduk di pesisir sini sembari melontarkan banyolan
agar kau tertawa wahai pujaan

Kemudian aku bisa melihat mata yang berseri dan ranum
Seakan-akan siap untuk menghasilkan butiran-butiran cahaya
Pantulan cahaya jingga itu akhirnya jatuh dan membasuh keringnya hati ini 


Another Post You May Interest

Your Hardliner

going to a grocery market wanna buy you a bouquet of bliss to celebrate us for not any order then the servant just tell me an anec...

What's Popular?