Cari Blog Ini

Senin, 24 Desember 2018

Sesal

Bagaimana mungkin ia berkehendak mengembalikan kembali batu bata yang sudah mengambil rupa sebuah bangunan kokoh. Bagaimana bisa ia se-ceroboh menginginkan batangan-batangan sapu lidi yang telah dirautnya dengan taat itu, kembali menjadi pelepah kelapa yang utuh. Bagaimana bisa ia berhahahihi di warung kopi, ditinggalkannya yang tengah masygul di rumah seorang diri, kemudian memintanya bergembira di atas yang terpecah belah. Bagaimana bisa ia berkeinginan menggugat kembali puisi-puisi yang kadung diunggah di semua media sosialnya. Bagaimana mungkin ia melakukan protes terhadap pelukis-pelukis kenamaan itu -- yang telah menamatkan karyanya; agar menyucikan kembali kanvas itu menjadi putih safi. Bagaimana mungkin ia menginginkan agar jabang bayi kembar tak terlahir menjadi dua insan, sementara segala keturunannya baik ayah, ibu, serta sanak saudaranya yang lain jelas-jelas membawa gen itu. Bagaimana mungkin ia berpikiran mengenai lingkaran yang memunyai ujung, dan segitiga yang tak selalu memunyai tiga sisi. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa pikirannya yang serampangan itu menghendaki demikian, dengan waktu yang telah ia tukar untuk aktivitas yang menguji kesabaran semacam itu, dengan tenaga yang telah ia curahkan, dengan kenangan-kenangan yang mengiringi prosesnya, dalam setiap satuan semangat pada denyut nadinya, dengan peluh yang tak pernah sempat untuk ia tampung itu, dengan cibiran tetangga yang mengiringi kegilaannya akan seseorang yang didambanya itu. Coba jelaskan bagaimana lagi kau bisa membantah.

Sebab prinsipnya sama: ia menginginkan sesuatu yang bahkan mustahil.



Another Post You May Interest

Your Hardliner

going to a grocery market wanna buy you a bouquet of bliss to celebrate us for not any order then the servant just tell me an anec...

What's Popular?