Di negeri para pendosa tidak ada dakwah, yang ada hanya nyinyir
Di sana orang tak akan menekuk lutut sambil memejam
Kecuali untuk kepentingan buang hajat dan kamar
Tak usah kau pertanyakan, karena kau juga punya sisi pendosa
Di sana orang berkedok, semuanya berlagak jadi pelakon
Orang suci dan netral menyebut itu sandiwara, dagelan, kethoprak, hingga pertunjukan
Boleh saja.
Asal jangan sebut seni
Seni itu karya
Di negeri para pendosa, orang-orangnya tidak pamerkan itu sebagai "keahlian" pada Curriculum Vitaenya
Bagi mereka keahlian akademik adalah pencitraan; yang fungsinya untuk genap-genap saja
Asal cuplik bukan masalah
Ah di negeri ini bahkan setan saja dicerca
Tapi sekali lagi; itu gimik
Di negeri para pendosa gimik itu wajib
Kalau kau mengenal skripsi dengan bobot SKS yang besar, ya samalah dengan gimik
Pendosa sejati adalah pekerja gimik tulen
Makanya orang kerap keliru
Soalnya mereka luwes betul gonta-ganti topeng
Didik Ninik Thowok saja kalah
Di negeri para pendosa pula tak ada rumah sakit jiwa
Karena para bandit lebih butuh pandai besi, pengrajin
Ya kalau boleh meminjam cetak birunya Unilever; itulah penunjang sustainable living plan mereka
Di negeri itu juga aku tidak menemukan Ibu
Karena mereka telah berbelasungkawa pada para sanak kerabat sendiri
yang ada hanya aku si pendosa yang terpuji di antara kepentinganku dan pendosa lain